TAUBAT DAN PENGENDALIAN DIRI
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam menjalani kehidupan, seseorang
tentu harus mempersiapkan bekal untuk hari kemudian. Bekalnya adalah iman, ilmu
dan amal shaleh. Keimanan yang disertai amal shaleh akan membawa keselamatan
dan kesejahteraan, baik di dunia maupun diakhirat. Apalagi jika ditambah dengan
perilaku terpuji seperti bertobat (memohon ampun dan tidak mengulangi kesalahan
yang telah diperbuat) , raja’ (menunjukkan sikap menghara keridhaan
Allah), optimis, dinamis, mampu berfikir kritis, dan mampu mengendalikan diri
dari hal hal yang kurang bermanfaat.Oleh karena itu dalam pembahasan makalah
kali ini akan dibahas mengenai ayat Alqur’an tentang taubat beserta tafsir nya.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
bunyi surah At-Tahrim ayat 8 beserta terjemahannya?
2.
Bagaimana
Tafsir mufrodat Surat AtTtahrim ayat 8?
3.
Bagaimana
Tafsir idhoh (penjelsan) surah At-Tahrim ayat 8?
4.
Hadist
tentang bertaubat?
II.
PEMBAHASAN
A.
Surat Attahrim : 8
Ayat Alqur’an tentang perintah bertaubat
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ
سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ يَوْمَ
لا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ نُورُهُمْ يَسْعَى بَيْنَ
أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ
لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
8. Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan
taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan
menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir
di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan
orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan
dan di sebelah kanan mereka, sambil
mereka mengatakan: "Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan
ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu."
Ayat Alqur’an tentang pengendalian diri
At-Tahrim:6 (Surat ke 66)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ
عَلَيْهَا مَلائِكَةٌ غِلاظٌ شِدَادٌ لا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ
مَا يُؤْمَرُونَ
6. Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan
B.
Tafsir mufrodat Surat At-Tahrim ayat 8
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا : Hai orang
orang yang beriman
تُوبُوا
إِلَى اللَّهِ : Bertaubatlah kepada Allah
تَوْبَةً نَصُوحًا : Taubat Nasuha
عَسَى رَبُّكُمْ : Mudah-mudahan
Rabbmu
أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ : Menutupi
kesalahan-kesalahanmu
وَيُدْخِلَكُمْ : Memasukkanmu ke
dalam surge (jannah)
تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا
الأنْهَارُ : Yang
mengalir di bawahnya sungai-sungai
C.
Tafsir Idhoh (penjelas)
1.
Tafsir Al-Maraghi
Telah dikeluarkan oleh Ibnu Mardawaih dari Ibnu Abbas, ia berkata
“Taubat nasuh adalah bilamana seorang hamba menyesali perbuatan yang
telah di lakukannya sehingga ia memohon maaf kepada Allah kemudian tidak
melakukannya lagi untuk selama-lamanya , sebagaimana susu yang telah menetes
tidak akan kembali lagi pada sumbernya.
Kata ‘asa (mudah mudahan) dipergunakan untuk menunjukan
harapan akan terjadinya pemaafan saja
meskipun Allah menjanjikan untuk menerima taubat ,Selain itu untuk menyadarkan
bahwa yang demikian adalah karunia Allah. Menerima taubat tidak menjadi
keharusan bagi Allah. Oleh karena itu kita sebagai hamba Allah seharusnya
berada diantara harap dan cemas serta bersungguh sungguh dalam menjalankan
tugas ibadah[1]
2.
Tafsir Ibnu Kastsir
Ayat ini menjelaskan bahwasanya Allah menyeru kepada orang orang
yang beriman supaya bener benar kembali
bertaubat kepada Allah dengan sejujurnya, seikhlasnya, yaitu dengan niat
yang sungguh untuk tidak mengulangi amal perbuatan yang melanggar itu. Sebab
dengan taubat yang nasuuh maka akan terhapuslah dosa dosanya dan Allah akan memasukkan
nya kedalam jannahNya.[2]
3.
Tafsir Al Azhar
“Hai
orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa
(taubat yang semurni-murninya)” Ayat
pengendalian diri Attahrim: 6 menjelaskan bahwasannya orang yang telah beriman
di suruh untuk memeliharakan diri dengan keluarga daripada terjerumus dalam
azab api neraka yang amat pedih . Demikian pula pada ayat ini (At-Tahrim:8)
Orang yang telah beriman disuruh supaya bertaubat denagn sebenar benarnya
taubat. Bukan berarti yang disuruh bertaubat hanyalah orang orang yang berdosa
saja akan tetapi orang yang tidak bersalah pun disuruh untuk tetap bertaubat [3]
Dalam
tafsirnya Al Qurtubi mengatakan bahwasannya bertaubat itu fadlu ‘ain atas tiap
tiap orang mukmin dalam tiap tiap hal dan tiap tiap zaman. Menurut Imam Nawawi
dalam kitabnya yang terkenal “Riyadus Shalihin” menuliskan bahwasannya
taubat itu wajib atas tiap tiap dosa. Alkalbi mengartikan Taubat nasuha adalah menyesal
dalam hati,meminta ampun dengan lidah, berhenti disaat itu juga dari dosa
tersebut meneguhkan niat untuk tidak mengulanginya. Aljunaidi Albaghdadi
berpendapat lain. Beliau mengatakan bahwa seseorang yang telah taubat nasuha
dia tidak akan ingat lagi pada kesalahannya serta dosa dosa yang telah lalu.
Sebab kasih sayang dan cinta telah tertumpah kepada satu jurusan saja yaitu
Tuhannya. Jika seseorang telah tertumpah kasih kepada Tuhannya maka dia akan
selalu mengingat sehingga lupa akan dosa yang lalu.[4]
D.
Hadits-Hadits Tentang Taubat Dan Pengendalian Diri
1. Rasulullah
bersabda:
يَاأَيُّهَا النَّاسُ تُوْبُوْا إِلَى اللهِ وَاسْتَغْفِرُوْهُ فَإِنِّيْ أَتُوْبُ فِيْ اليَوْمِ مِائَةَ مَرَّةٍ رواه مسلم.
“Wahai sekalian manusia, bertaubatlah kepada Allah dan memohonlah ampun kepada-Nya, sesungguhnya aku bertaubat dalam sehari sebanyak 100 kali.” (HR. Muslim).
Demikianlah keadaan Rasulullah , padahal beliau telah diampuni dosa-dosanya baik yang lalu maupun yang akan datang.
يَاأَيُّهَا النَّاسُ تُوْبُوْا إِلَى اللهِ وَاسْتَغْفِرُوْهُ فَإِنِّيْ أَتُوْبُ فِيْ اليَوْمِ مِائَةَ مَرَّةٍ رواه مسلم.
“Wahai sekalian manusia, bertaubatlah kepada Allah dan memohonlah ampun kepada-Nya, sesungguhnya aku bertaubat dalam sehari sebanyak 100 kali.” (HR. Muslim).
Demikianlah keadaan Rasulullah , padahal beliau telah diampuni dosa-dosanya baik yang lalu maupun yang akan datang.
2.
Rasulullah bersabda:
مَنْ
تَابَ قَبْلَ أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا تَابَ اللهُ عَلَيْهِ رواه
مسلم.
“Barangsiapa bertaubat sebelum matahari terbit dari barat niscaya Allah menerima taubatnya.” (HR. Muslim).
“Barangsiapa bertaubat sebelum matahari terbit dari barat niscaya Allah menerima taubatnya.” (HR. Muslim).
Sebab jika matahari telah terbit
dari barat maka pintu taubat serta merta ditutup.
Demikian pula tidak ada gunanya taubat seseorang ketika hendak meninggal dunia,Karena Allah mengampuni setiap dosa hambanya yang memohon ampunanNya.[5] Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Ann-Nisa’:18 yang artinya:
Demikian pula tidak ada gunanya taubat seseorang ketika hendak meninggal dunia,Karena Allah mengampuni setiap dosa hambanya yang memohon ampunanNya.[5] Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Ann-Nisa’:18 yang artinya:
“Dan
tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan
(yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah)
ia mengatakan: “sesungguhnya aku bertaubat sekarang.” (An-Nisaa’: 18).
Imam
an-Nawawi mengatakan :Menurut para Ulama’,Setiap dosa wajib di tobati. Jika
dosa atau maksiat hanya melibatkan seseorang dengan Allah (haqqullah
maka ada tiga syarat :menghentikan maksiat ,menyesali akan perbuatan yang telah
terlanjur dilakukan ,bertekad bulat untuk tidak mengulangi lagi. Apabila dosa
itu melibatkan orang lain maka ketiga syarat itu di tambah dengan syarat ke
empat yaitu membebaskan diri dari tanggungan terhadap orang tersebut. Jika
berkaitan dengan harta maka harus mengembalikan nya [6]
III.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesimpulannya yaitu Tobat adalah proses menyadari kesalahan yang
telah diperbuat dan berupaya sekuat hati untuk tidak melakukannya kembali atau
permohonan ampun kepada Allah SWT atas kesalahan (kekhilafan) dan atas
perbuatan dosa yang telah dilakukannya.Hukum bertobat adalah wajib bagi setiap
Muslim atau Muslimat yang sudah mukalafaf (balig dan berakal). Tobat nasuha
adalah tobat yang dilakukan dengan sungguh-sungguh atau semurni-murninya. Tobat
semacam inilah yang dinilai paling tinggi.“Sesungguhnya Allah itu menyukai
orang-orang yang tobat kepada-Nya dan dia menyukai orang-orang yang
membersihkan diri.” (QS Al Baqarah : 222)
B.
Penutup
Demikian makalah ini yang dapat kami paparkan
mengenai Taubat dan Pengendalian diri. Pepatah Arab mengatakan "الإنسان محل الخطاء و النسيان"
yang berarti “Manusia adalah tempatnya salah dan lupa”.Begitu pula dengan
penulisan makalah ini. Tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan karena
terbatasnya pengetahuan kami dan kurangnya rujukan atau referensi. Penulis
berharap pembaca budiman dapat memberikan kritik dan saran yang konstruktif
kepada pemakalah demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi penulis dan pembaca budiman. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Hamka. Tafsir Al-Azhar Singapura : Pustaka Nasional 1999
Bahreisi,Salim.
Bahreisi,Said. Terjemah Singkat Ibnu Kastir Surabaya : PT Bina Ilmu 1992
Mushthafa,Ahmad Al Maraghi.
Tafsir Al-Maraghi Semarang : PT Toha Putra 1993
Utsaimin.Al-Albani. Syarah
Riyadus Sholihin Jakarta :Sahara
2006
Sunarto,Ahmad. Syamsudin.Noor. Himpunan hadist Qudsi Jakarta
:Annur Pers 20011
[1]
Ahmad Musthafa Al Maraghi, Tafsir Almaraghi (Semarang :PT Karya Toha
Putra 1993),hlm264-265.
[2]
Salim Bahreisy,Said bahreisyi erjemah singkat Tafsir Ibnu Katsier (Surabaya
: PT Bina Ilmu 1992)hlm 164.
[3]
Nabi Muhammad SAW, bertaubat dalam sehari sebanyak 70-100 kali padahal nabi
seorang yang maksum (terjaga) dari dosa dosa.
[4]
Prof.Dr.Hamka Tafsir Al-Azhar (Singapura :Pustaka Nasional 1999),hlm
7513-7514.
[5]
Ahmad Sunarto ,Stamsudin Noor Himpunan Hadist Qudsi (Jakarta: An-Nur 2011),hlm 108.
[6]
Syekh ibn Utsaimin & Syekh al-Albani, Syarah Riyadhus Shalihin (Jakarta
Sahara Pustaka 2006),hlm 35-36.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar