BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Secara
etimologis, logika berasal dari kata Yunani 'logos' yang berarti kata, ucapan,
pikiran secara utuh, atau bisa juga berarti ilmu pengetahuan (Kusumah, 1986).
Dalam arti luas, logika adalah suatu cabang ilmu yang mengkaji
penurunan-penurunan kesimpulan yang sahih (valid, correct) dan yang
tidak sahih (tidak valid, incorrect). Proses berpikir yang terjadi di
saat menurunkan atau menarik kesimpulan dari pernyataan-pernyataan yang
diketahui benar atau dianggap benar itu biasanya disebut dengan penalaran (reasoning).
Dalam mempelajari ilmu logika, kita juga harus mempelajari tentang klasifikasi,
proposisi dan oposisi. Hal tersebut sangat berkaitan erat dengan ilmu logika, karena ketiganya
memerlukan pemikiran dalam melaksanakannya. klasifikasi (pembagian), tidak
semua pembagian dapat dikatakan sebagai klasifikasi. Proposisi (keputusan).
Oposisi (perlawanan). Ketiga hal tersebut menjadi sumber masalah utama yang
akan dijelaskan secara terperinci, namun dalam makalah ini akan dibahas
klasifikasi. Untuk hal lainnya akan dibahas pada makalah selanjutnya.
B.
Perumusan Masalah
1. Bagaimana
definisi dan macam dari klasifikasi?
2. Bagaimana
pengertian dan penjelasan pembagian?
3. Bagaimana
pengertian dan penjelasan dari Penggolongan?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
definisi dan macam dari
klasifikasi
Klasifikasi adalah pengelompokan
barang yang sama dan memisahkan dari yang berbeda menurut spesianya.
Pengelompokan barang-barang ini tidak lain agar kita mudah dalam berhubungan
dengan benda-benda itu. Pengelompokan ini sudah dilakukan dari masa ke masa, manusia
primitif mengelompokkan binatang menjadi binatang berbisa dan binatang yang
tidak berbisa, membedakan antara tumbuhan yang bisa dimakan dan tidak bisa
dimakan.
Klasifikasi diartikan sebagai karya
budi manusia, untuk dapat menganalisis, membagi-bagi menggolong-golongkan dan
menyusun pengertian-pengertian dan barang-barang menurut persamaan dan
perbedaannya.[1]
Ada dua macam cara membuat
klasifikasi, dengan pembagian dan dengan penggolongan,
B.
pengertian dan
penjelasan pembagian
Pembagian (logical division) adalah membagi suatu jenis kepada spesia yang
dicakupnya. Pada definisi mempelajari pengertian kata sedangkan pembagian
membicarakan denotasinya., pembagian lebih ke arah analisis denotasi. Pembagian
merupakan penjelasan yang lebih lengkap mengenai suatu genera kepada spesianya.
Pembagian perlu diperhatikan agar diperoleh spesia
yang benar, yaitu:
1.
Pembagian harus
didasarkan atas sifat persamaan yang ada pada genera secara menyeluruh.
Spesianya merupakan perubahan tertentu dari sifat persamaan itu.
Contoh:
pembagian bidang datar berdasarkan pada perubahan tertentu dari generanya,
yakni dalam jumlah sisi yang dibentuknya.
Maka akan
didapatkan : segi tiga, segi empat, segi
lima, segi enam, dan segi lebih dari enam, (tiga sisi), (empat sisi), (lima
sisi), (enam sisi).
Sedangkan
pembagian bidang datar yang menghasilkan belah ketupat, bujur sangkar, jajar
genjang maka tidak membagi berdasarkan sifat yang ada pada genera secara
menyeluruh dari bidang datar, melainkan perubahan tertentu dari segi empat.
Pembagian yang
berdasarkan sifat yang ada pada genera secara menyeluruh adalah pembagian yang
dalam bahasa latin disebut fundamentum
divisionis. Syarat ini menjamin agar pembagian itu dapat menghasilkan
spesia yang langsung di bawah generanya, jika tidak demikian kita akan
mendapatkan spesia yang tidak langsung, jadi ada spesianya yang dilewati.
2.
Setiap pembagian harus
berlandaskan satu dasar saja. Pembagian yang berlandaskan lebih dari satu dasar
akan menghasilkan spesia yang simpang siur (overlap,
cross division, terselip tidak karuan).
Contoh :
pembagian yang benar atas manusia, berdasarkan warna kulit maka akan dihasilkan
spesia-spesia manusia berkulit putih, manusia berkulit hitam, manusia berkulit
kuning, manusia berkulit merah.
3.
Pembagian harus
lengkap, yakni harus menyebut keseluruhan spesia yang dicakup oleh suatu
genera. Ini memang sulit karena tidak selamanya mengetahui keseluruhan spesia suatu
genera. Hal ini sangat tergantung akan keluasan pengetahuan kita akan kelompok
barang-barang.
Pembagian
dikotomi. Suatu ketika, kita tidak bisa membagi
dengan model di atas, karena terbatasnya pengetahuan kita akan kelompok
barang-barang dan juga sering kita dapati pembagian tersebut tidak bisa kita
laksanakan, maka kita menggunakan model pembagian logika jenis lainm yaitu
pembagian dikotomi. Pembagian dikotomi adalah pembagian dari suatu genera
kepada spesia yang dicakupnya dengan cara mengelompokkan menjadi dua golongan
yang dibedakan atas “ada” dan “tidak ada” kualitas tertentu.
Dikotomi dijadikan alat politis dan
alat psikologis bagi meningkatkan derajat golongan sendiri dan merendahkan
golongan-golongan lainnya. Tapi dalam lapangan ilmiah, dikotomi terpandang
sistem pembagian yang lebih mengandung kepastian.[2]
Berikut adalajh
contoh dari sistem dikotomi :
Dikotomi diambil dari bahasa Latin Dichotomia, artinya pembagian secara
dua-dua, berpasangan, dalam bahasa Arab Sunaiyyah.
Metode ini masih dianggap berguna sebagai suatu cara membuat klasifikasi.
Apabila pembagian lebih lanjut tidak mungkin lagi maka kita kelompokkan dalam
“kelompok aneka ragam” sebagai kelompok yang tidak diketahui.[3]
C.
Pengertian dan penjelasan
dari Penggolongan
Pembagian menguraikan denotasi
suatu genera, sedangkan dalam penggolongan mengatur barang-barang dalam
kelompok spesia. Sehingga pembagian dan pengolongan mempunyai arah yang
bertentangan. Pembagian bergerak dari atas ke bawah, yakni dari genera kepada
spesia, sedangkan penggolongan bergerak dari bawah ke atas, dari
individu-individu menuju kepada spesia. Penggolongan didasarkan atas persamaan
atribut dan perbedaannya. Barang-barang yang mempunyai persamaan tertentu
dikelompokkan kepada golongan yang sama dan barang-barang yang mempunyai ciri
berbeda dengan kelompok pertama digolongkan kepada golongan yang lain pula.
Barang-barang seperti melati, besi,
kenanga, mawar, timah, emas, cempaka, pacara sore, tembaga, dan platina. Melati,
kenanga, mawar, cempaka, pacar sore mempunyai persamaan yang sangat menonjol
sehingga dikelompokkan dalam kelompok “bunga”. Besi, timah, emas, tembaga dan
platina tidak bisa di kelompokkan dalam golongan “bunga” tetapi barang itu
semua mempunyai cirri yang sama sehingga digolongkan dalam kelompok “tembaga”.
Ada dua macam penggolongan,
penggolongan alam dan penggolongan buatan. Penggolongan alam adalah
penggolongan yang di susun berdasarkan kecerdasan kita, seperti penggolongan
“bunga” di atas. Sedangkan penggolongan buatan adalah penggolongan yang
berdasarkan atas satu sifat. Dikatakan “buatan” karena penggolongan itu
dimaksudkan untuk mengabdi tujuan tertentu. Contoh dari penggolongan buatan
adalah penyusunan kata dalam kamus, penyusunan buku di perpustakaan,
pengelompokan barang-barang di toko. Penggolongan ini bertujuan untuk
mendapatkan kemudahan sejauh mungkin. Penggolongan alam maupun penggolongan
buatan dinamakan juga klasifikasi dalam arti sempit.[4]
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Klasifikasi adalah pengelompokan
barang yang sama dan memisahkan dari yang berbeda menurut spesianya,
membagi-bagi menggolong-golongkan dan menyusun pengertian-pengertian dan
barang-barang menurut persamaan dan perbedaannya. Pengelompokan barang-barang ini
tidak lain agar kita mudah dalam berhubungan dengan benda-benda itu.
Pengelompokan ini sudah dilakukan dari masa ke masa, manusia primitif
mengelompokkan binatang menjadi binatang berbisa dan binatang yang tidak
berbisa, membedakan antara tumbuhan yang bisa dimakan dan tidak bisa dimakan.
Klasifikasi terbagi menjadi dua macam yaitu pembagian dan penggolongan.
Beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam pembagian: (1) pembagian harus didasarkan atas sifat
persamaan yang ada pada genera secara menyeluruh. Spesianya merupakan perubahan
tertentu dari sifat persamaan itu. (2) setiap pembagian harus berlandaskan satu
dasar saja. (3) pembagian harus lengkap, yakni harus menyebut keseluruhan
spesia yang dicakup oleh suatu genera. pembagian dan pengolongan mempunyai arah
yang bertentangan. Pembagian bergerak dari atas ke bawah, yakni dari genera
kepada spesia, sedangkan penggolongan bergerak dari bawah ke atas, dari
individu-individu menuju kepada spesia.
B. Penutup
Demikian makalah ini kami susun,
kritik dan saran yang membangun kami harapkan demi tulisan yang lebih baik
lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Mundirin.
Logika. (Jakarta : Rajawali Press). 2000.
Salam,
Burhanudin. Logika Formal (Filsafat Berfikir). (Jakarta: Bina Aksara).
1988.
Sou’yb,
Joesoef. Logika Hukum Berpikir Tepat. (Jakarta : Pustaka Al Husna). 1983.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar